Re-blog...
Disini sy ingin mere-blog salah satu penulis favorit saya, dan dari isi blog ini ada beberapa hal yang bisa diambil bagaimana kita menilai seseorang dari proses kehidupannya.
Saya tertarik untuk me-reblog ini karena ada kalimat menarik yang bisa dimaknai dengan kata kunci : usia menikah, berbatas, menerima siapa saja. Dan saya secara pribadi menyepakatinya. Kalau ada teman-teman yang memiliki sudut pandang-prinsip yang berbeda, tentu itu bukan sebuah perkara yang perlu diperdebatkan.
Masyarakat membentuk sebuah perilaku yang kemudian menjadi kebiasaan dan lantas menjadi sebuah pembenaran umu. Bahwa misal : adalah tabu bagi perempuan untuk menikah diatas 27 apalagi sampai kepala 3. Dalam hasil investigasi ala saya sendiri, saya beberapa kali berdiskusi dengan orang-orang yang mengalami hal itu, bahkan saya berteman dengan mereka, beberapa kali menghadiri undangan pernikahan yang bagi saya menakjubkan itu.
Tidak satupun dari mereka (kasus yang saya temui) ingin menikah di usia tersebut, di usia dimana banyak perempuan lain sudah menikah bahkan anaknya udah masuk TK. Ada situasi dan kondisi yang tidak semua orang mampu memahami, kita (saya sendiri) seringkali melihat kebenaran dan kepantasan hanya dari sudut pandang diri sendiri, bukan dari sudut pandang orang yang mengalami.
Mereka ingin menikah di usia yang normal, hanya saja keadaan dan kondisinya memang tidak memungkinkan untuk itu terjadi. Ada proses hidup baik dalam dirinya sendiri, keluarga, atau hal-hal lain yang tidak kita tahu. Dan saya beruntung karena mendapatkan begitu banyak cerita dari sana. Mereka, bagi saya adalah perempuan yang hebat dalam ukuran saya.
Juga tidak lantas karena usia menikah yang "sudah lewat", mereka kemudian menerima siapa saja. Ada prinsip-prinsip yang dipegang oleh mereka dan sepanjang saya tahu, tidak ada yang salah dengan prinsip itu. Dan mereka tetap hati-hati dalam memilih pasangan hidup tersebut.
Mereka adalah perempuan yang mandiri dan kuat, mereka menjadi seperti itu bukan karena mereka tidak butuh laki-laki, tapi keadaanlah yang membuat mereka harus menjadi demikian. Berjuang untuk keluarga, berjuang untuk hidup, berjuang untuk pendidikan, dan aneka perjuangan lain yang sungguh kalau semua orang tahu niscaya semua prasangka itu akan patah.
Dan saya sendiri menyaksikan bagaimana sebenarnya usia menikah itu tidak berbatas, melintasi keajaiban yang bagi saya diluar logika, pertemua yang aneh, paut usia yang jauh, dan demi itu saya selalu berusaha menghadiri pernikahan sederhana dan luar biasa itu. Demi menyaksikan bahwa Allah itu baik-baik dengan caraNya-dan romantis-romantis dengan caraNya.
Semakin ke sini, saya selalu belajar untuk menghargai proses hidup seseorang -bukan menghakimi-.
Kurniawan Gunadi
Penulis Hujan Matahari dan Lautan Langit